Kilau Nur Muhammad di Langit-langit Zaman
(Sebuah Pengantar)
Oleh: Ahmad Syadzali
Pendahuluan
Sebelum kita istighraq dalam perbincangan tentang Nur, ada baiknya kita mengingat sebuah kutipan hadits yang sering dilantunkan dalam simthud duraar yang berbunyi:
“Wa qad akhraja ‘Abdurrazzaaqi bisanadihii ‘an Jaabiribni ‘Abdillaahil Anshaari Radhiallaahu anhumaa, qaala, qultu Yaa Rasuulullaahi bi abii wa ummii akhbirnii ‘an awwali syai’in khalaqahullaahu qablal asy-yaa, qaala Yaa Jaabir, innallaaha khalaqa qablal asy-yaa-i, Nuura Nabiyyika Muhammadin Shallallaahu ‘Alaihi Wasallama min Nuurihi”.
(bahwa sebagaimana telah diriwayatkan ‘Abdurrazzaaq dengan sanadnya yang sampai kepada Jaabir bin ‘Abdillaah al-Anshaari. Sehubungan dengan itu beliau pernah bertanya kepada Rasulullah, “demi ayah ibuku, wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku tentang sesuatu yang pertama-tama diciptakan oleh Allah”. Rasul menjawab: “Wahai Jaabir, Allah telah menciptakan Nur Nabimu, Muhammad Shallallaahu ‘alihi wasallam dari Nur-Nya sebelum menciptakan yang lain”).
Dari nukilan di atas, secara tersurat ataupun tersirat bahwa hadits di atas merupakan bentuk pengungkapan dari inti seluruh penciptaan, serta menggambarkan keutamaan dari kedudukan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dari seluruh makhluk.
Dengan ungkapan lain bahwa isyarat di dalam hadits tersebut menggambarkan bahwa Rasulullah lah sesungguhnya pemilik maqam kehampiran yang sangat sempurna (al-qurb). Artinya, beliau adalah cerminan insan kamil dalam derajat utama, yang kepadanya setiap insan kamil dalam tiap-tiap maqam bercermin dan tunduk kepadanya.
Dalam ungkapan yang agak khusus, bahwa kehadiran Nur Muhammad merupakan tajalli-Nya yang menyebar dalam pelbagai bentuk pada seluruh ciptaan-Nya. Selain itu kehadiran Nur Muhammad juga merupakan bentuk limpahan kasih Tuhan, yang darinya seluruh makhluk menenggak rahmat-Nya.
Menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jilani bahwa Nur Muhammad memiliki keistimewaan karena ia terbit dari sifat jamal Allah (2002: 7). Keindahan itu merupakan bagian dari rahasia Nur Muhammad yang selalu dirindukan oleh para salik yang mengacu kepada doktrin ini.
Citra Muhammad
Banyak tafsiran ataupun uraian yang menarik dan mendalam tentang Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Para ahli sufi tentu memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat sosok beliau, tidak seperti yang diceritakan oleh para ahli sejarah yang hanya menyentuh permukaan lahirnya saja.
Seorang sufi besar seperti Jalaluddin Rumi mengumpamakan Rasulullah seperti “perahu di samudera alam semesta”, oleh sebab itu maka wajarlah kehadiran beliau di alam dunia ini sebagai rahmatan lil ‘aalamien. Konon, kata Maulana Rumi Nur Rasulullah selalu dapat memuaskan apa yang disentuhnya. Nurnya juga memiliki kekuatan yang dapat mengubah kimiya, yakni dari logam biasa menjadi emas. Ungkapan tersebut bisa saja merupakan kiasan, namun boleh jadi juga dalam makna yang sebenarnya. Tetapi yang jelas kehadiran Rasulullah di alam dunia dapat mengubah kimiya yang terkandung di dalam hati, atau mengubah setan kecil dalam setiap diri menjadi muslim, yang dalam ungkapan para sufi terkenal dengan istilah aslama syaythaanii (setanku telah menjadi muslim), dengan kata lain Rasulullah memiliki kemampuan universal untuk mengubah kualitas jiwa-jiwa yang rendah menjadi butir-butir cahaya yang menuju rahmat-Nya (Schimmel, 1993: 152-153).
Jika meminjam istilah Suhrawardi al-Maqtul (2003: 117) tentang “kota-kota jiwa”, maka sesungguhnya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah penguasa, arsitek yang menata, serta yang menyinari “kota-kota jiwa” tersebut, lalu mengubahnya menjadi “kota-kota cahaya”.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kualitas kemanusiaan Rasulullah memang berbeda dengan yang lainnya. Nampaknya, Tuhan telah membuat prototype tunggal sebagai cermin diri-Nya, yakni melalui al-Mir’ah al-Muhammadiyyah.
Sehubungan dengan itu, penggalian Schimmel (1992: 56) dalam beberapa sumber cukup menarik, yang dikutip dari Horten:
”….Allah telah menciptakan tubuh Muhammad dalam keindahan yang tak tertandingi dan belum pernah diciptakan sebelumnya atau sesudahnya pada diri manusia manapun. Jika seluruh keindahan Nabi dipamerkan di depan mata kita, maka kita tidak akan sanggup menentang kegemilangannya”
Penjabaran itu sudah barang tentu terkait dengan interpretasi yang bersumber dari ajaran tentang Nur Muhammad, di mana keindahan pada citra Rasulullah diturunkan dari Nur Dzat Allah, sehingga membuatnya berbeda dengan ciptaan lainnya.
Perbincangan tentang Nur Muhammad memang menarik sekaligus sensitif. Sehubungan dengan persoalan di atas, Schimmel juga banyak mengangkat kembali syair-syair sufistik, misalnya dari Yunus Emre yang sangat indah (1992: 180).
Aku menciptakannya dari cahaya-Ku sendiri,
Dan aku mencintainya kemarin dan hari ini!
Apa yang akan Aku lakukan dengan semua dunia ini tanpa dia?
Muhammad-Ku, Ahmad-Ku yang Bercahaya!
Pada bagian lain, Schimmel (1992) dengan apik mengemukakan sebuah syair lain yang juga berisi pujian kepada Rasul, yang berasal dari Pangeran Kalhora dari Sindh yang bernama Sarfaraz Khan.
Tidak ada ciptaan, tidak ada malaikat, tidak ada pula langit dan bumi
Cahayamu cemerlang menyinari segalanya.
Kemudian yang tak kalah menariknya, Schimmel (1992) juga mengemukan beberapa bait yang mengukuhkah pendirian tentang Nur Muhammad, yang mengacu kepada sufi besar seperti Ibnu ‘Arabi sebagaimana yang terdapat dalam paparan Qazi ‘Abdal Mannan.
Pemilik nur (cahaya) dengan sebatang tongkat di tangannya, memandang ke timur
Penciptaan dimulai dengan Nur Muhammad
Allah membawa Nur dari hatinya sendiri…..
…………………………………………….
Maka Allah mengucapkan kata kun (“jadilah”),
Kaf dan nun, kedua huruf ini tercipta,
Dan dengan menggabungkan kedua huruf ini, Allah mengungkapkan diri-Nya
Kaf mewakili kalimah (pernyataan iman) dan nun mewakili nur (cahaya) dari salah satu antara keduanya.
Karena kecintaan-Nya kepada nur, Allah menciptakan alam raya,
Dengan melihat keindahan nur, dia menjadi terpesona
Dan terpikat dan memandang kepadanya…..
Dari semua puji-pujian yang pernah ada, tidak ketinggalan pula dari orang-orang non-muslim sekitar kurang lebih dua ratus tahun silam, di antaranya oleh Perdana Menteri Hindu dari Negara Bagian Hyderabad yakni Sir Kishan Prasad yang menyatakan kekaguman dan kerinduannya kepada Rasulullah.
Entah aku orang kafir atau beriman
Hanya Allah sajalah yang tahu, siapa aku!
Tetapi aku yakin, aku adalah hamba Nabi,
Yang menjadi penguasa Madinah
Pesona Akhlak di Bawah Naungan Nur Muhammad dalam Karya Habib Yahya Assegaf
Karya ini adalah sebuah tuntunan yang di dalamnya sangat kaya perspektif, tidak hanya bersifat doktrinal saja, tetapi juga ada sisi-sisi historisnya sehingga memudahkan para pembaca untuk mengenal Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam beserta dzurriyatnya.
Pada bagian pertama buku ini adalah pemaparan tentang sejarah singkat Rasulullah Shallallaahu ‘alihi wasallam. Namun, dalam konteks ini ada hal yang unik di mana beliau berbicara tentang proses penciptaan Nur Muhammad, yang tentunya mengacu kepada visi doktrinal, sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Pelbagai riwayat, apakah yang mengacu pada hadits atau atsar turut memperkaya pembahasan ini, sehingga memungkinkan kita mengetahui lebih dekat tentang Rasulullah dari sudut yang lain.
Selain itu terdapat pula perbedaan penulisan dari karya-karya lainnya, yang lebih banyak membahas tentang Rasulullah dari aspek historisnya, yang lebih bersifat di permukaan, tentunya, sehingga sisi biografisnya terasa kering.
Adapun dalam paparan al-Mukarram Habib Yahya, sosok Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dari sisi spiritual kehadirannya lebih terasa, karena kita tidak semata-mata disuguhi sisi manusiawi Rasul sebagaimana yang biasa dijumpai dalam biografi yang lain.
Sisi menarik lainnya dalam buku ini yakni, keterkaitan pembahasan tentang ketokohan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan Nabi-nabi terdahulu, misalnya ketika Nabi Nuh AS menghadapi bencana banjir, maka Rasulullah hadir sebelum kelahirannya secara fisikal diutus oleh Allah untuk menyelamatkan beliau.
Selain peristiwa di atas, jauh sebelum itu keutamaan Rasulullah sudah lebih dahulu dikenal, misalnya ketika Nabi Adam AS melakukan kekeliruan, maka Allah memerintahkan beliau untuk bershalawat agar dosanya diampuni.
Pada peristiwa lainnya Allah juga menunjukkan keutamaan Rasulullah, yakni pada saat Nabi Ibrahim berada dalam kobaran apinya Namrud, maka Allah pun memerintahkan beliau untuk bershalawat sehingga api menjadi dingin.
Kemudian pada peristiwa lainnya, ketika Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun beliau juga diperintahkan untuk bershalawat sehingga beliau terselamatkan dari malapetaka keganasan samudera luas.
Dalam paparan buku ini masih banyak lagi hal-hal menarik yang terkait dengan kelebihan Rasulullah, yakni berupa mu’jizat-mu’jizat yang melekat pada diri beliau, dan kadang-kadang jarang diketahui oleh ummat, apalagi generasi sekarang yang lebih familiar dengan urusan keduniaan.
Di antara mu’jizat-mu’jizat Rasulullah itu, misalnya, seperti: kemampuan membelah bulan, tangan beliau yang dapat memancarkan air, tangan beliau yang bisa memanjang ketika menyelamatkan Abu Lahab dari lubang jebakan yang dibuatnya sendiri. Tangan beliau juga penuh berkah, dengan sentuhannya makanan yang tidak berkecukupan dalam kenduri pernikahan menjadi tercukupkan. Begitu juga keringat beliau yang selalu mengeluarkan aroma wangi, tidak mengherankan jika istri beliau Ummu Salamah selalu mengumpulkan keringat Rasul untuk dijadikan parfum, yang digunakan setiap akan melaksanakan shalat. Begitu juga dengan kaki beliau, adalah satu-satunya kaki yang pernah menggapai ‘arsy Allah Subhanahu wata’ala.
Nampaknya seluruh batang tubuh Rasul, zhahir dan batin beliau dipenuhi dengan mu’jizat dan barakah yang berkelimpahan, maka beruntunglah setiap orang yang menjadi ummat Rasulullah, karena ia akan ternaungi oleh syafa’at yang amat istimewa, yang membela ummatnya di padang mahsyar, yang tiada lagi pertolongan melainkan yang memancar dari belas kasih Rasulullah.
Jika memperbincangkan mu’jizat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka tak akan bosan telinga mendengarnya, apalagi bagi yang tak pernah mendengarnya. Dalam bukunya Habib Yahya menyebutkan bahwa mu’jizat Rasulullah itu sangat banyak sekali, yakni berjumlah 4444 macam. Menurut Habib Yahya, bahwa pada suatu waktu pernah salah seorang sahabat bertanya tentang siapa sesungguhnya Rasulullah kepada istri beliau Siti ‘Aisyah Radhiallaahu ‘anha, menurut Siti ‘Aisyah bahwa Rasulullah itulah sebenar-benarnya al-Qur’an berjalan.
Sebenarnya masih banyak lagi hal-hal yang menarik dari buku ini, misalnya tentang keutamaan keluarga Rasulullah, dan siapa yang dimaksud dengan keluarga Rasul. Penjelasan-penjelasan ini tentunya tidak sekadar paparan biasa, namun disertai dengan justifikasi yang bersumber dari hadits dari pelbagai riwayat.
Untuk itu ada baiknya para pembaca yang budiman membaca buku ini secara tuntas, sehingga dapat mengisi kekosongan pengetahuan kita mengenai kehidupan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Khatimah
Puji-pujian bagi Rasul dalam pelbagai bahasa adalah tanda kecintaan seluruh mahkluk kepada beliau, yang akan terus mengalir sepanjang masa, meskipun ada jarak waktu yang begitu jauh, namun iman kolektif dari ummat Islam akan selalu terhubung walaupun terpisah hampir dua ribu tahun dengan masa kehidupan Rasul, dan sampai hari ini gema puji-pujian terus mengalun dalam arus riak-riak zaman.
Adalah sebuah barakah besar yang menembus zaman tentunya, bila Rasulullah Shallallaahu ‘alihi wasallam hadir menyentuh setiap jiwa terpilih, yakni untuk diubah menjadi “emas ruhaniah”, yang darinya ia diberi kuasa untuk mengubah komposisi kimiya-kimiya yang lain yang ada di sekitarnya, seperti perumpamaan dalam surah al-Isra, Baaraknaa haulahu.
DAFTAR PUSTAKA
Annemarie Schimmel, And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety, terj. Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan, Mizan, Bandung, 1992.
Annemarie Schimmel, I Am Wind, You Are Fire, terj. Alwiyah Abdurrahman dan Ilyas Hasan, Mizan, Bandung, 1993.
Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asraar fii maa Yahtaju Ilaihi al-Abraar, terj. Abdul Majid Hj. Khatib, Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2002.
0 komentar:
Posting Komentar